Metode nasehat adalah salah satu metode yang diajarkan dalam islam dalam cara mendidik secara umum maupun secara islami. Di bawah ini adalah Cara Memberi Nasehat Berdasarkan Ajaran Rasulullah Saw. dalam ajaran islam berdasarkan ajaran islam dan sunnah atau hadits Nabi Muhammad SAW. untuk lebih lengkapnya silahkan baca disini.

1. Mengharapkan ridha Allah Ta’ala

Seorang yang ingin menasehati hendaklah meniatkan nasehatnya semata-semata untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala. Karena hanya dengan maksud inilah dia berhak atas pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala di samping berhak untuk diterima nasehatnya. Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya, “Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka (hakikat) hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Tidak dalam rangka mempermalukan orang yang dinasehati

Seseorang yang hendak memberikan nasihat harus berusaha untuk tidak mempermalukan orang yang hendak dinasehati. Ini adalah musibah yang sering terjadi pada kebanyakan orang, saat dia memberikan nasihat dengan nada yang kasar. Cara seperti ini bisa berbuah buruk atau memperparah keadaan. Dan nasehatpun tak berbuah sebagaimana yang diharapkan.

3. Menasehati secara rahasia

Cara Memberi Nasehat Berdasarkan Ajaran Rasulullah Saw.


Nasihat disampaikan dengan terang-terangan ketika hendak menasehati orang banyak seperti ketika menyampaikan ceramah. Namun kadangkala nasehat harus disampaikan secara rahasia kepada seseorang yang membutuhkan penyempurnaan atas kesalahannya. Dan umumnya seseorang hanya bisa menerimanya saat dia sendirian dan suasana hatinya baik. Itulah saat yang tepat untuk menasehati secara rahasia, tidak di depan publik. Sebagus apapun nasehat seseorang namun jika disampaikan di tempat yang tidak tepat dan dalam suasana hati yang sedang marah maka nasehat tersebut hanya bagaikan asap yang mengepul dan seketika menghilang tanpa bekas.

Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)

Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan, “Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44).

4. Menasehati dengan lembut, sopan, dan penuh kasih

Seseorang yang hendak memberikan nasehat haruslah bersikap lembut, sensitif, dan beradab di dalam menyampaikan nasehat. Sesungguhnya menerima nasehat itu diperumpamakan seperti membuka pintu. Pintu tak akan terbuka kecuali dibuka dengan kunci yang tepat. Seseorang yang hendak dinasehati adalah seorang pemilik hati yang sedang terkunci dari suatu perkara, jika perkara itu yang diperintahkan Allah maka dia tidak melaksanakannya atau jika perkara itu termasuk larangan Allah maka ia melanggarnya.

5. Niat yang benar

Ikhlaskan dalam memberi nasehat hanya karena Allah, mengharapkan balasan hanya dari Allah..

6. Memperhatikan cara terbaik dalam memberikan nasehat

Setiap orang tentu tidak ingin jika diberi diingatkan dengan cara menjelek-jelekkannya, atau dengan mengumbar keburukannya, karena itu lakukan nasehat dengan cara yang benar, lakukan dengan santun tanpa berniat menjelekkannya, jelaskan bahwa ini memberi nasehat demi kebaikan dirinya. Terkadang nasehat juga bisa dilakukan dengan mencontohkan perbuatan baik, jadi langsung dengan perilaku.

7. Memberi nasehat harus dengan ilmu.

Jangan sembarang memberi nasehat apalagi menyalahkan. Bisa jadi nasehat kita salah bila ditimbang dengan dalil syar’i. Jadi haruslah berilmu dulu sebelum berkata, sebelum berbuat apalagi memberi nasehat. Tidak cukup dengan niat baik saja.

Seorang yang tidak bisa berenang seharusnya tidak menasehati orang lain tentang cara berenang yang baik. Ini urusan dunia. Apalagi urusan akhirat. Kalau mau memberi nasehat tentang cara shalat yang baik, maka harus punya ilmu tentang cara shalat yang benar. Jika tidak, maka bisa mendatangkan kesalahan bahkan kesesatan.

Allah berfirman : “Walaa taqfu maa laisa laka bihii ‘ilmun. Innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaa-ika kaana ‘anhu mas-uulaa. Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani , semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S al Israa’ 36).

8. Perhatikan cara, waktu dan keadaan.

Dalam meluruskan suatu kesalahan atau memberi nasehat hendaklah dengan memperhatikan caranya yang sesuai, waktunya yang tepat dan kondisi yang yang pas dengan yang akan diberi nasehat. Ada yang suka diberi nasehat dengan perkataan langsung. Ada yang senang dengan contoh dan ada pula yang mau menerima nasehat melalui orang yang diseganinya atau panutannya.

Perhatikan pula tingkat kesalahannya. Lihat manfaat dan mudharat. Betapa banyak orang yang tidak mau menerima kebenaran ketika dinasehati. Hal ini bukan karena dia menolak kebenaran tetapi karena cara menasehatinya yang dia tidak suka.

Pada umumnya, seseorang tidak suka bila dinasehati dihadapan orang banyak. Dia menganggap itu merendahkannya dan membuka aibnya. Orang yang dinasehati secara diam diam, tidak dihadapan orang banyak, memiliki potensi yang besar untuk menerima nasehat.

Imam asy Syafi’i lewat sebuah sya’ir mengatakan :

  • Berilah nasehat kepadaku ketika aku sendiri.
  • Dan janganlah memberiku nasehat ditengah keramaian.
  • Karena nasehat ditengah tengah manusia itu termasuk satu jenis pelecehan yang aku tidak suka mendengarnya.
  • Jika engkau menyelisihiku dan menolak saranku maka janganlah engkau marah jika kata katamu tidak aku turuti.

Oleh karena itu, adalah suatu hal yang sangat bijak bila merahasiakan nasehat dan insya Allah akan lebih bermanfaat.

9. Beri nasehat dengan lemah lembut.

Sebesar apapun kesalahan seseorang, tetaplah menasehatinya dengan lemah lembut. Allah berfirman : “Idzhaba ila fir’auna innahu tagha. Faqula lahu qaulan laiyinal la’alahu yatadzakkaru au yakhsya”. (Allah berfirman) Pergilah kalian (Musa dan harun) kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Dan berbicaralah kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut. Mudah mudahan dia sadar (atas kesalahannya) atau takut (kepada Allah). Q.S Thaaha 43-44).

Suatu yang sudah maklum, bahwa manusia yang paling durhaka kepada Allah adalah Fir’aun. Sedemikian durhakanya, sampai sampai dia berkata : Ana rabbakumul a’la. Aku tuhanmu yang paling tinggi.

Lalu Allah menyuruh Musa dan Harun untuk mendatangi Fir’aun dan memberi nasehat agar dia sadar kesalahannya dan takut kepada Allah, yaitu sebagaimana dijelaskan dalam surat Thaaha 43-44 diatas. Meskipun yang akan diberi nasehat oleh Musa dan Harun adalah Fir’aun, manusia yang paling durhaka, namun Allah menyuruh agar berkata dengan lemah lembut kepada Fir’aun. Ini adalah pelajaran yang sangat Agung yang Allah ajarkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut dalam memberi nasehat.

Ketahuilah bahwa saudara saudara kita yang mungkin perlu dinasehati karena suatu kesalahan, tentu lebih berhak mendapatkan nasehat yang lemah lembut dari kita. Biarpun dia memiliki kesalahan yang besar, tentu tidak ada seorangpun dari saudara saudara kita, teman teman kita yang lebih buruk dari Fir’aun.

Selanjutnya, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dijelaskan bahwa pada suatu kali ada seorang Yahudi lewat dan mengucapkan salam kepada Rasulullah. Ucapan salamnya diplesetkan yaitu dengan ucapan : Assamu ‘alaikum, bukan Assalamu ‘alaikum. Assamu ‘alaikum bermakna semoga matilah engkau.

Mendengar ucapan si Yahudi ini, A’isyah yang ada disitu menjadi tersinggung lalu menjawab : Kematian dan laknat Allah bagimu, wahai anak keturunan kera dan babi. Rasulullah bersabda : “Innar rifqa laa yakuunuu fi syai-in illa zanalu walaa yunza’u min syai’in illah syanah” Sesungguhnya lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali menghiasinya dan tidaklah dia dicabut dari sesuatu itu kecuali akan memburukkannya. (H.R Imam Muslim)

Rasulullah juga bersabda : “ Innallaha yuhibbu rifqa fil amri kullih” Sesungguhnya Allah mencintai lemah lembut dalam segala perkara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh seorang ulama besar Saudi, dalam kitab beliau tentang bagaimana menyikapi fitnah, berkata : Maka wajib bagi kalian untuk berlemah lembut atau berhati hati. Jangan cepat marah atau berlaku kasar. Kalian tidak akan menyesal selama lamanya bila berlemah lembut.

10. Beri nasehat sesuai tingkat kesalahan.

Kesalahan yang dilakukan seseorang bertingkat tingkat. Mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat seperti kesyirikan ataupun mengolok olok ayat ayat Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Sangatlah dianjurkan untuk memperbaiki dan menasehati secara bertahap. Utamakan pada hal hal yang lebih mendesak dan membahayakan terhadap iman dan aqidah.

Nah, itulah tadi beberapa cara Cara Memberi Nasehat Berdasarkan Ajaran Rasulullah Saw. semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda.

0 comments:

Post a Comment

 
Top